Umat Katolik Papua Ternyata Telah Merasakan Sentuhan Hati Paus Leo XIV

Paus Leo XIV, pemimpin Umat Katolik se-dunia.
Oleh. Freni Lutrun*)
Kardinal Robert Prevost, yang saat ini menjadi Paus Leo XIV, pemimpin Umat Katolik se-dunia itu ternyata telah menginjakan kakinya di tanah Papua. kehadirannya itu tepat pada Perayaan 50 tahun Ordo Santo Agustinus (OSA) yang berkarya di Tanah Papua. Sebuah acara yang merayakan setengah abad karya kerasulan dan pelayanan OSA di Papua. Momentum pada waktu itu begitu meriah dengan berbagai kegiatan syukur, perayaan misa, dan kegiatan sosial lainnya.
Setelah wafatnya Paus Fransiskus, umat Katolik di seluruh dunia menanti siapa yang akan menggantikan posisi itu. Ternyata, Kardinal Robert Prevost, akhirnya tepilih.
Dalam penantian itu, tak terasa dan tak terpikirkan sebelumnya kalau tahun 2003 Pater Robert Prevost, OSA selaku Prior OSA pertama kali menginjakan kakinya di Tanah Papua tepatnya di Kota Sorong Provinsi Papua Barat Daya. Beliau hadir dlm rangka perayaan 50 tahun Ordo Santo Agustinus (OSA) berkarya di Tanah Papua. 22 tahun kemudian 8 mei 2025 terpilih menjadi PAUS. Sukacita ini menjadi bagian khusus untuk orang Papua karena berharap kembali lagi kunjungi Indonesia.
Beberapa catatan penting redaksi mediatimor.com, kalau Paus Leo XIV, juga sebelumnya dikenal sebagai sosok yang menunjukkan komitmen kuat terhadap isu perdagangan manusia dan migrasi paksa. Pengalamannya selama lebih dari dua dekade di Peru, ia bekerja langsung dengan komunitas migran dan pengungsi, membentuk pandangannya yang penuh empati terhadap para korban eksploitasi dan ketidakadilan sosial.
Kalau soal Sikapnya terhadap Perdagangan Manusia, meskipun belum ada pernyataan resmi dari Paus Leo XIV mengenai perdagangan manusia sejak terpilih, rekam jejaknya telah menunjukkan bahwa ia kemungkinan besar akan melanjutkan pendekatan Paus Fransiskus yang menyebut perdagangan manusia sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan” dan “perbudakan modern” . Sebagai pemimpin Ordo Agustinus dan kemudian sebagai uskup di Peru, Prevost juga aktif dalam pelayanan pastoral kepada mereka yang rentan terhadap eksploitasi, termasuk perempuan dan anak-anak.
Dalam konteks ini, tita tentu tidak saja melihat sosok Paus Leo XIV sebagai pemimpin umat Katolik saja, melainkan seluruh manusia penghuni bumi ini yang menginginkan kedamaian, damai Sejahtera dan perlawanan terhadap ketidak adilan. Inilah yang disebut sebuah harapan yang nyata telah ada di depan mata umat manusia.
Sosok Paus Leo dikenal karena belas kasihnya terhadap para migran dan pengungsi. Selama pelayanannya di Peru, ia secara aktif mendukung komunitas migran, khususnya mereka yang melarikan diri dari krisis di Venezuela. Ia juga mengkritik kebijakan imigrasi yang keras, seperti larangan pengungsi dan pemisahan keluarga di perbatasan, yang diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya di Amerika Serikat .
Kalau soal Pandangan Umum, Sebagai Paus, Leo XIV diharapkan akan melanjutkan dan memperkuat upaya Gereja Katolik dalam memerangi perdagangan manusia dan mendukung hak-hak migran. Pendekatannya yang moderat dan berorientasi pada keadilan sosial mencerminkan komitmennya terhadap martabat manusia dan perlindungan terhadap yang paling rentan.
Kita berharap Kerinduan terhadap sosok Paus Leo bagi umat Katolik khususnya orang Papua ini bisa menjadi jembatan komunikasi yang efektif dalam berbagai pendekatan sosial dan politik untuk orang Papua atas berbagai ketidakadilan yang terjadi di tanah Papua.
Semoga Bermanfaat